cara mengisi kuota voucher telkomsel 831Jutaan kata 47896Orang-orang telah membaca serialisasi
《daftar pinjol yang tidak terdaftar di ojk》
Profil Sukanto Tanoto, Miliarder RI yang Beli Mal Rp9,4 T di Singapura******Jakarta, CNN Indonesia--
Miliarder Indonesia Sukanto Tanoto membeli Tanglin Mall di kawasan Orchard Road, Singapura. Ia merogoh kocek US5 juta atau Rp9,4 triliun (kurs Rp 14.724 per dolar AS) untuk membeli maltersebut.
Tanoto membeli Tanglin Mall melalui perusahaan miliknya bernama Pacific Eagle Real Estate. Perusahaan ini merupakan bagian dari grup Royal Golden Eagle (RGE) milik keluarga Tanoto.
Kabar pembelian mal ini mencuat pertama kali dari pemberitaan di Forbes pada Februari 2022 lalu. Kini, Tanglin Mall masuk dalam daftar aset properti yang terpampang di situs resmi Pacific Eagle Real Estate.
Lokasinya di sepanjang Jalan Tanglin dan Jalan Cuscaden sangat dekat dengan pusat medis terkenal, seperti Pusat Medis Camden dan Rumah Sakit Gleneagles.
Lantas, siapa sebenarnya sosok Sukanto Tanoto?
Sukanto Tanoto lahir di Medan, Sumatra Utara pada 25 Desember 1949. Ia merupakan putra dari sepasang perantau asal Putien yang merupakan salah satu kota di Fujian, China.
Tanoto adalah anak sulung dari tujuh bersaudara. Ia dididik di sekolah berbahasa Mandarin dan tidak pernah belajar Bahasa Indonesia secara formal. Tapi, kini ia fasih berbahasa Indonesia.
Sukanto Tanoto dikenal sebagai Pendiri sekaligus Chairman RGE. Namun, karier bisnisnya sudah dimulai sejak 1967 sebagai pemasok suku cadang dan pengusaha di bidang jasa konstruksi untuk industri minyak.
Baru pada 1973 RGE berdiri dengan fokus bisnis kayu lapis. Seiring berjalannya waktu, gurita bisnis RGE meluas hingga kancah global.
Mengutip situs resmi perusahaan, lini bisnis terkemuka RGE, antara lain di bidang industri pulp dan kertas (APRIL dan Asia Symbol), minyak kelapa sawit (Asian Agri dan Apical), serat viscose (Sateri dan Asia Pacific Rayon), selulosa khusus (Bracell), serta pengembangan sumber daya energi (Pacific Oil & Gas).
Lihat Juga :Respons Kemendag soal Indomie Ayam Spesial Ditarik di Taiwan-Malaysia |
Wilayah operasi RGE ada di Indonesia, China, Brasil, Spanyol, dan kantor-kantor pemasaran lainnya di banyak negara di seluruh dunia.
Selain masyhur karena bisnis, Tanoto terkenal dengan program Tanoto Foundation. Gerakan filantropi itu didirikan keluarga Tanoto sejak 1981.
"Saat ini, yayasan berkontribusi di Indonesia, China, dan Singapura, serta aktif menjalin kemitraan dengan beragam institusi akademis dan riset terpandang," tulis penjelasan di situs Tanoto Foundation.
Di lain sisi, Tanoto merupakan anggota Dewan Internasional INSEAD, Dewan Pengawas Wharton, serta Dewan Eksekutif Wharton untuk Asia. Ia juga tercatat sebagai penerima Wharton School Dean's Medal Award, yakni pengakuan atas kontribusinya terhadap perluasan ekonomi global dan peningkatan taraf hidup di seluruh dunia.
[Gambas:Video CNN]
Gagal Adaptasi Bikin Bisnis 75 Tahun Tupperware di Ambang Kehancuran******Jakarta, CNN Indonesia--
Perusahaan perkakas rumah tangga Tupperware terancam bangkrut. Hal ini terjadi lantaran kondisi keuangan perusahaan yang memburuk.
Beberapa pakar bisnis mengatakan kondisi itu karena Tupperware yang gagal beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen.
Kini, bisnis yang dimulai sejak 1946 itu harus menghadapi hutang yang menumpuk, penjualan yang menurun, dan harga saham yang anjlok.
Mereka juga mengatakan telah bekerja sama dengan penasihat keuangan dan menjalin beberapa kemitraan dengan gerai ritel seperti Target dan Amazon untuk memperkuat posisi merek tersebut.
"Selama lebih dari 75 tahun, Tupperware Brands telah menjadi salah satu merek rumah tangga ikonis yang paling dicintai di dunia," ujar juru bicara Tupperware seperti diberitakan oleh CNN, Minggu (23/4) waktu AS.
"Dan kami sangat senang untuk tetap berada di tengah-tengah meja makan, meja dapur, dan rak dapur selama bertahun-tahun yang akan datang," imbuh pernyataan tersebut.
Lihat Juga :Kronologi Rumah Makan Getok Harga di Cipali Kena Sanksi Tutup Sepekan |
Menurut profesor pemasaran dari Sekolah Bisnis Wharton di Universitas Pennsylvania, Barbara Kahn, Tupperware terlalu terpaku pada pola bisnis direct selling alias penjualan langsung.
Di masa lalu, kerap terdapat "Tupperware parties" atau sebuah pesta yang mempertemukan para pencinta merek tersebut untuk mencoba produk-produk terbaru perkakas dapur itu.
Istilah yang kerap dikenal sebagai "demo Tupperware" di Indonesia itu memang berhasil berjalan dengan baik di masa lalu, namun ketinggalan zaman karena kebiasaan konsumen yang telah berubah, bahkan beberapa dekade sebelum pandemi.
Oleh karena itu, menurut Christie Nordhielm, konsultan marketing dari Sekolah Bisnis McDonough Universitas Georgetown, pandemi bukanlah satu-satunya faktor yang membuat bisnis Tupperware di ambang kehancuran.
Lihat Juga :Erick Thohir Larang BUMN Gelar Halal Bihalal Usai Lebaran |
Namun, pandemi turut memperparah kiprah buruk penjualan Tupperware selama beberapa dekade terakhir yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan perubahan perilaku konsumen.
"Anda seharusnya bisa melihat mereka bertransisi dengan mulus. Tetapi sebaliknya, mereka malah melakukan pendekatan ke toko batu bata dan bahan bangunan," ujar Nordhielm menyoroti kebijakan Tupperware yang memilih untuk ekspansi ke toserba Target.
"Jika Anda pergi dan melihat Tupperware di Target, yang Anda lakukan hanyalah melihat betapa tidak ada bedanya mereka dengan pilihan merek penyimpanan lain yang tersedia," jelas Nordhielm.
Tupperware baru saja memperkenalkan produk mereka ke Target pada musim gugur tahun lalu. Namun, Kahn menilai pendekatan itu sedikit terlambat.
Lihat Juga :Pemudik ke Sumatera Hampir Tembus 1 Juta Orang hingga H+1 Lebaran |
Senada dengan amatan Nordhielm, Kahn melihat keterlambatan itu hanya membuat Tupperware sebagai merek yang tidak lagi spesial.
"Yang buruk, itu adalah salah satu dari hal-hal ini di mana merek mereka hampir generik, dan bukan dalam artian yang baik," kata Kahn.
Sementara di lain hal, Nordhielm juga menyoroti nama legendaris dari Tupperware yang bahkan digunakan untuk menyebutkan segala jenis merek penyimpanan.
Menurutnya, faktor tersebut mungkin menjadi bagian dari masalah, karena merek lain muncul untuk bersaing dengan Tupperware, terkadang dengan harga lebih rendah.
"Nama merek yang hebat bisa menjadi berkah atau kutukan. Itu akan menjadi kutukan ketika Anda berpuas diri hanya berdasarkan nama merek tanpa ada investasi berarti dalam merek tersebut," jelas Nordhielm.
Baik Kahn dan Nordhielm mengamini jika Tupperware gagal menemukan inovasi dalam memperkenalkan merek mereka kembali kepada publik.
Sehingga, nama besar merek Tupperware pun menjadi tanpa arti; karena saat ini, konsumen hanya memperdulikan harga yang terjangkau.
[Gambas:Video CNN]
Label:situs slot yang diblokir kominfo、slot jam pagi、indo jp slot
Terkait:slot link alternatif、engine maxwin slot、cara pinjam duit di akulaku、teskiu、cara hutang pulsa di lazada、sports369、meminjam uang di bank、rajacuan69、link bonus new member 100、buku mimpi 2 d bergambar
bab terbaru:maxwin slot gacor(2024-07-05)
Perbarui waktu:2024-07-05
《daftar pinjol yang tidak terdaftar di ojk》Semua konten berasal dari Internet atau diunggah oleh netizen,pundi 168Hanya promosikan novel karya penulis asli. Semua teman buku dipersilakan untuk mendukung dan mengumpulkan《daftar pinjol yang tidak terdaftar di ojk》bab terbaru。