clan4d 333Jutaan kata 714578Orang-orang telah membaca serialisasi
《juragan178》
Gagal Adaptasi Bikin Bisnis 75 Tahun Tupperware di Ambang Kehancuran******Jakarta, CNN Indonesia--
Perusahaan perkakas rumah tangga Tupperware terancam bangkrut. Hal ini terjadi lantaran kondisi keuangan perusahaan yang memburuk.
Beberapa pakar bisnis mengatakan kondisi itu karena Tupperware yang gagal beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen.
Kini, bisnis yang dimulai sejak 1946 itu harus menghadapi hutang yang menumpuk, penjualan yang menurun, dan harga saham yang anjlok.
Mereka juga mengatakan telah bekerja sama dengan penasihat keuangan dan menjalin beberapa kemitraan dengan gerai ritel seperti Target dan Amazon untuk memperkuat posisi merek tersebut.
"Selama lebih dari 75 tahun, Tupperware Brands telah menjadi salah satu merek rumah tangga ikonis yang paling dicintai di dunia," ujar juru bicara Tupperware seperti diberitakan oleh CNN, Minggu (23/4) waktu AS.
"Dan kami sangat senang untuk tetap berada di tengah-tengah meja makan, meja dapur, dan rak dapur selama bertahun-tahun yang akan datang," imbuh pernyataan tersebut.
Lihat Juga :Kronologi Rumah Makan Getok Harga di Cipali Kena Sanksi Tutup Sepekan |
Menurut profesor pemasaran dari Sekolah Bisnis Wharton di Universitas Pennsylvania, Barbara Kahn, Tupperware terlalu terpaku pada pola bisnis direct selling alias penjualan langsung.
Di masa lalu, kerap terdapat "Tupperware parties" atau sebuah pesta yang mempertemukan para pencinta merek tersebut untuk mencoba produk-produk terbaru perkakas dapur itu.
Istilah yang kerap dikenal sebagai "demo Tupperware" di Indonesia itu memang berhasil berjalan dengan baik di masa lalu, namun ketinggalan zaman karena kebiasaan konsumen yang telah berubah, bahkan beberapa dekade sebelum pandemi.
Oleh karena itu, menurut Christie Nordhielm, konsultan marketing dari Sekolah Bisnis McDonough Universitas Georgetown, pandemi bukanlah satu-satunya faktor yang membuat bisnis Tupperware di ambang kehancuran.
Lihat Juga :Erick Thohir Larang BUMN Gelar Halal Bihalal Usai Lebaran |
Namun, pandemi turut memperparah kiprah buruk penjualan Tupperware selama beberapa dekade terakhir yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan perubahan perilaku konsumen.
"Anda seharusnya bisa melihat mereka bertransisi dengan mulus. Tetapi sebaliknya, mereka malah melakukan pendekatan ke toko batu bata dan bahan bangunan," ujar Nordhielm menyoroti kebijakan Tupperware yang memilih untuk ekspansi ke toserba Target.
"Jika Anda pergi dan melihat Tupperware di Target, yang Anda lakukan hanyalah melihat betapa tidak ada bedanya mereka dengan pilihan merek penyimpanan lain yang tersedia," jelas Nordhielm.
Tupperware baru saja memperkenalkan produk mereka ke Target pada musim gugur tahun lalu. Namun, Kahn menilai pendekatan itu sedikit terlambat.
Lihat Juga :Pemudik ke Sumatera Hampir Tembus 1 Juta Orang hingga H+1 Lebaran |
Senada dengan amatan Nordhielm, Kahn melihat keterlambatan itu hanya membuat Tupperware sebagai merek yang tidak lagi spesial.
"Yang buruk, itu adalah salah satu dari hal-hal ini di mana merek mereka hampir generik, dan bukan dalam artian yang baik," kata Kahn.
Sementara di lain hal, Nordhielm juga menyoroti nama legendaris dari Tupperware yang bahkan digunakan untuk menyebutkan segala jenis merek penyimpanan.
Menurutnya, faktor tersebut mungkin menjadi bagian dari masalah, karena merek lain muncul untuk bersaing dengan Tupperware, terkadang dengan harga lebih rendah.
"Nama merek yang hebat bisa menjadi berkah atau kutukan. Itu akan menjadi kutukan ketika Anda berpuas diri hanya berdasarkan nama merek tanpa ada investasi berarti dalam merek tersebut," jelas Nordhielm.
Baik Kahn dan Nordhielm mengamini jika Tupperware gagal menemukan inovasi dalam memperkenalkan merek mereka kembali kepada publik.
Sehingga, nama besar merek Tupperware pun menjadi tanpa arti; karena saat ini, konsumen hanya memperdulikan harga yang terjangkau.
[Gambas:Video CNN]
Sederet Properti di Singapura yang Dibeli Sukanto Tanoto******Jakarta, CNN Indonesia--
Miliarder IndonesiaSukanto Tanoto tampak gemar membeli sejumlah propertidi Singapura. Teranyar, ia merogoh kocek US5 juta atau Rp9,4 triliun (kurs Rp 14.724 per dolar AS) untuk membeli Tanglin Mall di kawasan Orchard Road.
Sederet properti yang dibeli Tanoto di Singapura dilakukan melalui perusahaannya, Pacific Eagle Real Estate. Tak hanya di Singapura, sederet aset properti Tanoto tersebar di China hingga negara-negara Eropa.
Khusus di Singapura, Tanglin Mall adalah pembelian terbarunya. Kabar pembelian mal ini mencuat pertama kali dari pemberitaan di Forbes pada akhir Februari 2023 lalu.
Berikut sederet properti di Singapura yang dibeli Sukanto Tanoto:
Pusat perbelanjaan yang dibangun pada 1970-an ini berlantai 12 dan terletak di sebidang tanah hak milik seluas 68.512 kaki persegi. Lokasinya di sepanjang Jalan Tanglin dan Jalan Cuscaden sangat dekat dengan pusat medis terkenal, seperti Pusat Medis Camden dan Rumah Sakit Gleneagles.
Savills Singapore selaku perantara jual beli ini menyebut Tanglin Mall bisa dikembangkan menjadi pengembangan komersial dengan ketinggian maksimum 20 lantai serta rasio plot kotor yang diizinkan sebesar 4,2 kali.
"Tender untuk pusat perbelanjaan Tanglin sangat diperebutkan. Daya tarik utama dari situs ini adalah menjadi situs komersial hak milik, yang memungkinkan fleksibilitas berbagai opsi pengembangan," sebut Direktur Pelaksana Penjualan, Investasi, dan Pasar Modal Savills Jeremy Lake.
Lihat Juga :Depak Dolar AS, Yuan Jadi Mata Uang Penguasa Transaksi Dunia |
Dikutip dari situs resmi Pacific Eagle Real Estate, Tanoto juga membeli Chinatown Plaza di distrik Tanjong Pagar dekat distrik bisnis Raffles Place pada 2018 lalu. Saat ini, properti itu dalam tahap pengembangan menjadi Mondrian Singapore Duxton.
Nantinya, properti ini akan menjadi hotel mewah yang menggabungkan arsitektur dari ruko kuno Singapura dengan pengaruh kontemporer. Ada sekitar 300 kamar yang bakal tersedia.
"Proyek ini menghubungkan tiga kawasan food and beverage (F&B) dan gaya hidup populer, yakni Keong Saik Road, Bukit Pasoh, dan Duxton Hill. Ini bakal menampilkan empat konsep F&B, yakni restoran steak, speakeasy bar, lounge cafe, dan restoran rooftop," tulis di situs resmi perusahaan Tanoto tersebut.
Pacific Eagle merupakan bagian dari grup Royal Golden Eagle (RGE) milik keluarga Tanoto. Perusahaan ini telah membuat terobosan di pasar real estate Singapura dalam beberapa tahun terakhir.
Selain Tanglin Mall dan Mondrian Singapore Duxton, Tanoto juga punya Duke's Road. Gedung ini berada di dekat Botanic Gardens yang merupakan situs warisan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Properti milik Tanoto ini berada di lokasi utama di Jalan Bukit Timah, yang merupakan lokasi perumahan eksklusif dan kelas atas. Nantinya, bakal dibangun kembali dalam bentuk perumahan dan bangunan komersial seluas 5.000 meter persegi.
Lokasi Duke's Road hanya berjarak 10 menit berkendara ke pusat perbelanjaan Orchard Road. Bahkan, properti milik Tanoto tersebut dikelilingi berbagai fasilitas, seperti supermarket, kafe, dan tempat makan populer.
[Gambas:Video CNN]
(skt/pta)Label:crot4d、liga play88、totomacaupools
Terkait:erek erek kuburan、situs terbaru gacor、idncash gacor、mediabola78、florida paito、musimqq、prediksi zurich togel、rtp bmw4d、situs slot login、erek erek 3d angka berurutan
bab terbaru:buku mimpi 92(2024-07-03)
Perbarui waktu:2024-07-03
《juragan178》Semua konten berasal dari Internet atau diunggah oleh netizen,bo slot tergacor hari iniHanya promosikan novel karya penulis asli. Semua teman buku dipersilakan untuk mendukung dan mengumpulkan《juragan178》bab terbaru。